#fyi #renungan
Sebuah mesin kapal rusak dan tidak ada yang bisa memperbaikinya, maka mereka membawanya kepada seorang Insinyur Mekanik berpengalaman 40 tahun. Dia memeriksa mesin dengan sangat hati-hati, dari atas ke bawah. Setelah melihat semuanya, pria itu merogoh tasnya dan mengeluarkan palu kecil. Dia dengan lembut mengetuk sesuatu. Seketika, mesin hidup kembali. Mesinnya sudah diperbaiki! 7 hari kemudian pemilik mendapatkan tagihannya sebesar $ 10.000. “Apa?!” kata pemiliknya. “Anda hampir tidak melakukan apa-apa. Kirimkan tagihan terperinci kepada kami.”
Rincian tagihannya sederhana:
Mengetuk dengan palu: $ 2
Mengetahui di mana harus mengetuk & berapa banyak harus mengetuk: $ 9.998
Sumber : Civil Engineering Discoveries
Masyarakat kita terkadang demikian sama tukang desain misalnya kan cuma klik klik doang atau dengan tukang-tukang lainnya. Begitu pentingnya menghargai keahlian dan pengalaman seseorang. Hingga bahasa “gitu doang“, ” “cuma gitu“, “kan gampang” harusnya menjadi hal tabu. Mengapa?
Karena mungkin saja pengalaman tersebut hasil kristalisasi tekad, perjuangan, percobaan hingga air mata.
Sesuai peribahasa :
“If i do a job in 30 minutes it’s because I spent 10 years learning how to do that in 30 minutes. You owe me for the years, not the minutes”
(Jika saya sanggup menyelesaikan pekerjaan dengan waktu 30 menit, hal ini karena saya menghabiskan waktu 10 tahun untuk belajar bagaimana melakukan tersebut dalam 30 menit. Anda membayar saya untuk 10 tahun tersebut, bukan 30 menit tersebut).
Kalimat ini, mengingatkan saya pada nasehat seseorang tentang menghargai dan bijak menghormati hasil suatu kerjaan orang lain.
Di situ juga saya belajar melihat orang. Ketika mereka tidak menghargai orang lain, justru dia sedang merendahkan diri mereka sendiri.
Keahlian dan pengalaman, mahal harganya.
Sayang, orang-orang kita masih meremehkan hal tersebut.
Sumber: Aldy Forester